Benarkah ia hanya kasih sayang
belaka ? “Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang di
muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.
Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116) Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada
tahun-tahun
terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk
Indonesia
bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan
Februari di
mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau iklan-iklan)
tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine.
Berbagai
tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel,
organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang
berlumba-lumba
menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan dukungan(pengaruh)
media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian
besar orang
Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.
SEJARAH VALENTINE: Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya
terjadi)
apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam
perayaan
Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri.
Valentine
sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang
kerana
kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau
Santo. Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena
pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu
iaitu
Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine),
yang
dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam
menghadapi
cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine
sebagai
'upacara keagamaan'.
Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai
beransur-ansur
hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine
kemudian
dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang
disebut
“Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian),
pesta 'supercalis'
kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan
upacara
kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan
kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi
'bagai
burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari. Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan
terdapat kata
“Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara
galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para
pemuda
dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan
berkembangnya
zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus
bergeser jauh
pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman
sekarang tidak
lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada
zaman
sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card,
pesta
persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya
tanpa
ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang
lalu. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa
moment(hal/saat/waktu) ini
hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang
berusaha
merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup
barat
dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih
sayang.
PANDANGAN ISLAM Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri,
apakah kita
akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari
Islam ?
Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.: “ Dan janglah kamu megikuti apa yang
kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan,
dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah
Al-Isra :
36) Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu
mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh
hati.
Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat
sebenarnya. Bukan
hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu
sejarah,
tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi
lebih
dari itu. Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang
membonceng(mendorong/mengikut)
kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid. Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang
siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk
kaum
(agama) itu”. Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa
yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah
diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi”. HAL-HAL YANG HARUS DIBERI
PERHATIAN:- Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam
terutama dari
kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari
agama
(Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus
difahami di
dalam masalah 'Valentine Day'. 1. PRINSIP / DASAR Valentine Day adalah suatu perayaan
yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di
mana
setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi
'acara
keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
2. SUMBER ASASI Valentine jelas-jelas bukan bersumber
dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang
diteruskan oleh
pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional
manusia
semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia
akan
tertolak. Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah
ayat 120 :“Orang-orang
Yahudi
dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah :
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”.
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemahuan
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi
pelindung dan penolong bagimu”.
3. TUJUAN Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa
kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk
sehari dan
sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada
Valentine
seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas
Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk
berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang
abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan
Rasulullah
s.a.w.bersabda
:“Tidak
beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya
seperti
cintanya kepada diri sendiri”.
4. OPERASIONAL Pada umumnya acara Valentine Day diadakan
dalam bentuk pesta pora dan huru-hara. Perhatikanlah firman Allah
s.w.t.:“Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan
syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
(Surah Al Isra : 27) Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia
(Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak
dapat
menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan
dengan
keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan
dalih
toleransi dan setia kawan. Kerana
kalau
dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia. Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan
langkah
mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ?
Sudah
semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai
terperosok
lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan
bentuk
kasih sayang agama lain. Bukankah
Allah
itu Ar Rahman dan Ar Rohim. Bukan hanya
sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi
yang
jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan
Islam itu
merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan
sistem-sistem lain. Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah
kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam
media massa,
televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali
perkara atau
urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan
'robot' yang
bernyawa.
MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH) Perhatikanlah Firman Allah : “…dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,
sesungguhnya
kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
Semoga Allah memberikan kepada kita
hidayahNya
dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita
menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya. Tujuan dari semua itu adalah agar diri
kita selalu
taat sehingga dengan izin Allah s.w.t.
kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi
Muhammad s.a.w. Firman Allah
s.w.t.: “Barangsiapa yang
taat
kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi
nikmat
dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin
(orang-orang
sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di
Malaysia) di
dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :- "VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya
Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan
Islam
Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari
'kasih
sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!! Tumbangnya Kerajaan Islam
Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil
Pengajaran!!!
Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu
adalah
hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Sepanyol..
Rencana salah seorang pangeran Saudi membangun gedung
tertinggi di dunia sudah di umumkan.Menurut beberapa media Arab gedung
itu akan lebih tinggi dari Burj Khalifah ( gedung tertinggi di dunia
saat ini ) yang berlokasi di Dubai. Perusahaan Bin laden di tunjuk sang
pangeran untuk mengerjakan mega proyek tersebut. Emar perusahaan yang
bikin Burj Khalifah juga di ajak kerja sama dalam pengembangan kota yang
di gadang-gadang sebagai saingan terberat Dubai.
Mengapa orang-orang Arab berlomba - lomba membangun menara tertinggi di
Dunia ?..saya akan melihatnya dari sisi paling dalam …
Dari abad ke 7 sampai abad ke 12 Islam menjadi pusat peradaban dunia.
Negeri-negeri islam saat itu di banjiri oleh para cerdik pandai dari
berbagai cabang ilmu pengetahuan. Ketika eropah berada dalam era
kegelapan negeri islam sedang berada dalam puncak keemasan.
Saat itu umat islam sangat PD tidak ada ceritanya umat islam minder
sangat berbeda dengan kondisi umat islam sekarang .mengapa umat islam
waktu itu begitu PD ? Ya lah wong mereka menguasai semuanya…mulai dari
kekuatan militer, politik ,sosial, sampai lepada penguasaan budaya dan
ilmu pengetahuan. Buku-buku tebal tulisan para cendikiawan terkemuka
memenuhi ruang-ruang perpustakaan. Pokoknya kalau ada yang mau pintar
mereka pasti datang ke negeri-negeri Islam.
Ketika umat islam sedang di mabuk kejayaan ternyata barat pun secara
sistematis mempelajari rahasia -rahasia umat islam. Mereka menerjemahkan
buku-buku pengetahuan bahasa Arab ke dalam bahasa mereka. tak lama
kemudian barat mengalami masa pencerahan sedangkan negeri islam secara
pelan tapi pasti meredup ….Sudah banyak tokoh islam yang menulis
penyebab rontoknya dominasi negeri-negeri islam. Salah satunya adalah
matinya kreativitas umat. Umat yang dulunya begitu menggebu-gebu akan
ilmu menjadi generasi yang malas dan manja.
Tasawuf juga di anggap sebagai penyebab meredupnya kejayaan islam.taqlid
alias pak turut juga menjad tertuduh paling utama. Semangat yang sudah
loyo itu di perparah dengan konflik internal yang tak berkesudahan
antara para penguasa islam lengkap sudah …Umat islam baru terbuka
matanya ketika mereka melihat barat yang sudah sangat jauh
berubah…negeri-negeri islam satu persatu jatuh dalam kekuasaan
barat…umat yang tadinya sangat PD berubah menjadi umat yang minder.
Hampir dalam segala sektor umat islam keok.
Menjelang Abad ke 20 secara pasti negeri-negeri islam lepas dari
cengkraman penguasa barat. Semangat untuk kembali meraih kejayaan
menyeruak hampir di seluruh pelosok negeri muslim. Generasi -generasi
muda islam yang tercerahkan merasa inilah saatnya untuk tampil ke
depan…tapi ternyata hambatan dan rintangan selalu menghadang. Impian
meraih masa depan yang terang benderang tidak semudah membalikan telapak
tangan…
Di butuhkan cara agar rasa minder itu dapat di hilangkan..mulailah umat
islam melakukan tradisi nenek moyangnya yakni menerjemahkan kembali
buku-buku pengetahuan barat. Dulu orang-orang Arab pernah melakukan hal
ini.buku-buku dari bahasa latin mereka terjemahkan ke dalam bahasa
arab…umat islam juga belajar berbagai ilmu pengetahuan di negeri-negeri
barat..hasilnya sudah mulai tampak…walau rasa minder belum sepenuhnya
dapat di hilangkan…
Bom minyak akhirnya datang …negeri-negeri Arab yang awalnya miskin papa
berubah menjadi negeri-negeri kaya raya. penduduk arab yang dulunya
kebanyakan pengembala berubah menjadi pengusaha…dengan berlimpahnya uang
orang-orang arab mulai sedikit demi sedikit lupa dengan masa lalunya
.mereka seperti orang yang dapat ” mainan ” baru…kemana-mana selalu
belagu. Dan selanjutnya kita sudah tahu semua …orang-orang padang pasir
itu berlomba-lomba saling mempercantik diri…mereka tidak mau jika ada
yang melebihi mereka..jika ada tetangganya bisa bangun menara tinggi
kenapa kita enggak bisa ?
Kalau tadinya mereka membangun menara-menara tinggi untuk ngilangin
minder sekarang niat mereka membangun sudah bukan itu lagi tapi di
dorong oleh keinginan bermegah-megahan….sampai kapan perlombaan
membangun gedung tertinggi akan selesai ???
Jawabnya adalah ..hadist nabi ..yang bunyinya kurang lebih ” di antara
tanda kiamat adalah ketika anak-anak gembala sudah membangun
menara-menara tinggi …..
Menguak Tabir Kebesaran Allah SWT Atas Ka'bah dan
Kota Makah
Istilah Ka’bah adalah bahasa al quran
dari kata “ka’bu” yg berarti “mata kaki” atau tempat kaki berputar
bergerak untuk melangkah. Ayat 5/6 dalam Al-quran menjelaskan istilah
itu denganKa’bain”
yg berarti ‘dua mata kaki’ dan ayat 5/95-96 mengandung istilah ‘ka’bah’
yg artinya nyata “mata bumi” atau “sumbu bumi” atau kutub putaran utara
bumi.
Neil Amstrong
telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta
ini telah di teliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.
Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya
melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi,
dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat
gelap, siapa yang menggantungnya ?”
Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi
itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di
Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang
sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut,
ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari
Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (
tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto
planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus.
Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi
ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet
Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta
mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti
suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar didunia.
Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada
peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua
terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar
garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dangan
garis lintang.
Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan
berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan
jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak
hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan
pusat bumi.
Ia
menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai
titik pusatnya,dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan
pada waktu yang sama,ia bergerak bersamaan dengan keliling luar
benua-benua tersebut. (Majalahal-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).
Gambar-gambar
satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menemukan hasil yang
sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi
lapisan-lapisan bumi dangan geografi waktu daratan itu diciptakan.
Telah
menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi
terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di
sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke
arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.
Studi
ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksudkan
untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun,
studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sain di Barat.
Allah
berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut:‘Demikianlah
Kami wahyukan kepadamu AlQur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi
peringatan kepada Ummul Qura(penduduk Makkah) dan penduduk
(negeri-negeri) sekelilingnya..’ (asy-Syura: 7)
Kata
‘Ummul Qura’berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di
sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan
yang lain hanyalah berada disekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu
(ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.
Sebagaimana
seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan
sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian
ini. Selain itu, kata‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota
lain.
Makkah atau Greenwich
Berdasarkan
pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi
sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi
yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci
Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia.
Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang
lalu.
Ada
banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan
wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak
melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika
mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu
Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui
waktu shalat.
Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang
menyiratkan fakta ini. Allah berfirman, ‘Hai golongan jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’(ar-Rahman:33)
Kata
aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan
ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.
Dari
ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter
lapisan-lapisan langit itu diatas diameter bumi (tujuh lempengan bumi).
Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah
juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.
Selain
itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat
Ka‘bah berada itu ada ditengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh
bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi).
Dengan
nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji dan syukur bagi
Allah swt yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan
pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada
keluarga teman-teman dan yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan
do'a dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dalam
makalah ini, kami menguraikan tentang ”Berperilaku dengan Sifat-Sifat
Terpuji” terdiri dari taubat dan raja’ yang kami ambil dari berbagai
sumber, diantaranya buku dan internet. Makalah ini diharapkan bisa menambah
wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa
dimafaatkan semaksimal mugkin.
Tidak
gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
SURABAYA,
NOVEMBER 2012
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Judul
Kata
Pengantar..............................................................................................
i
Daftar
Isi........................................................................................................
ii
Dalam
menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkan bekal untuk hari
kemudian. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh. Keimanan yang disertai
amal shaleh akan membawa keselamatan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun
diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan perilaku terpuji seperti bertaubat,
raja’ (menunjukkan sikap mengharap kerido’an Allah), optimis, dinamis, mampu
berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri
Pengertian Taubat
Taubat secara
etimologis (bahasa) berasal dari kata tâba (fi’il madhi), yatûbu (fi’il
mudhari’), taubatan (mashdar), yang berarti “kembali” atau “pulang” (raja’a)
(Haqqi, 2003). Adapun secara terminologis (menurut makna syar’i), secara
ringkas Imam an-Nawawi mengatakan, taubat adalah raja’a ‘an al-itsmi (kembali
dari dosa) (Syarah Shahih Muslim, XVII/59). Dengan kata lain, taubat adalah
kembali dari meninggalkan segala perbuatan tercela (dosa) untuk melakukan
perbuatan yang terpuji (‘Atha, 1993).
Taubat
tersebut adalah suatu keniscayaan bagi manusia, sebab tidak satu pun anak
keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak luput dari berbuat dosa. Semua
manusia, pasti pernah melakukan berdosa. Hanya para nabi dan malaikat saja yang
luput dari dosa dan maksiyat. Manusia yang baik bukan orang yang tidak berdosa,
melainkan manusia yang jika berdosa dia melakukan taubat
Artinya :
“…Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya dan dia
menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Taubat
adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati
untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah SWT atas
kesalahan (kekhilafan) dan atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya
Hadis
nabi Muhammad SAW yang artinya : “Sesungguhnya Allah menerima taubat hambanya
selagi ia belum tercungak-cungak hendak mati (nyawanya berbalik-balik
dikerongkongan).” (HR Ahmad)
vKesalahan atau kekhilafan yang dilakukan
terhadap orang lain, diantaranya seperti hal-hal berikut.
a)Tidak
memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi makan orang miskin,
memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan mencintai
harta yang berlebihan.
b)Bakhil,
merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang baik.
c)Mengumpat,
mencela, prasangka dan olok-olok.
d)Tidak
melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat
Syarat-Syarat Taubat
1)Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
2)Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Kerana
tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan.
3)Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya lagi,
selama hidup di dunia, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana
ini.
Syarat diterimanya
Taubat yaitu;
1)Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena lainnya.
2)Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
3)Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
4)Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak
mengulangi perbuatan dosa tersebut.
5)Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan
terhadap hakNya.
6)Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya
tersebut.
7)Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba
ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan
menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR.
At-Tirmidzi, hasan).
Pada hakikatnya taubat
itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap insan selalu
membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang yang
benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam
perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa
adalah yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya.
Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:
1)Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka
membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2)Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman
“Dan
bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian
beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3)Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan
atas kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
“Dialah
Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai
kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
“Dan
barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan
menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71)
artinya taubatnya diterima
4)Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
“Maka
sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam
kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman
serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam
surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)
5)Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan
orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan
beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)
6)Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai
kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan
barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui
pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka
akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang
bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang
digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan
Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Al
Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu dosa
sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR.
Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
7)Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
“Apabila
kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian...” (QS. At Taubah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,
“Maka
apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan
azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At Taubah: 74)
8)Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman,
“Kecuali
orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama
Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan
bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman
pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9)Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
“Wahai
kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya
niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat
dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian
berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS.
Huud: 52)
10)Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan
orang-orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat
lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka
beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya
Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari
siksa neraka.” (QS.Al Mu’min: 7).
11)Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak
Allah ‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
“Dan
Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu
berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah
orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.
12)Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sungguh
Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia mau
bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki
hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi
bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi
sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa
akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu
sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian
mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah
tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu gembira.” (HR. Muslim)
13)Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat
dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia
meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya.
Dan jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai
menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah ta’ala,
“Sekali-kali
tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin:
14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani).
2.Raja’
A.Pengertian Raja’
Pengertian
raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti
harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh islam adalah mempunyai
harapan kepada Allah untuk mendapatkan ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap
rahmat serta keridaan Allah.
Raja’
merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap memperoleh
rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tentunya akan
berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya tersebut. Namun
jika seseorang hanya berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut
berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi,
yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan terhadap
rahmat dan rida Allah. Hal ini merupakan kebalikan dari sifat raja’. Oleh
karena itu, sifat putus asa ini dilarang oleh Allah SWT…
Firman Allah SWT.:
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf:87).
Orang
yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti ia telah barprasangka buruk kepada
Allah.
Kita
selaku manusia tidak terlepas dari salah dan dosa, untuk itu kita wajib
senantiasa berharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebanyak dan sebesar apapun
kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan, kita tetap diperintahkan untuk
mengharap ampunan dari Allah SWT.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Kuperkenankan bagimu…”(QS.Al Mu’min:60).
Kita
dilarang untuk berputus asa dalam menghadapi masalah dalam kehidupan di dunia
dan dalam mengharap ampunan dari Allah.
“katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha
pengampun lagi maha penyayang.”(QS. Az
Zumar:53).
Sikap
raja’ atau mengharap rahmat Allah, dalam praktiknya tentu harus berusaha dengan
sungguh-sungguh dengan mengerjakan segala yang diperintah Allah serta menjauhi
larangan-Nya, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS.Al
Azhab:21).
Bagi
orang yang berharap ingin bertemu dengan Allah di surga, hendaknya ia beramal
saleh dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya.
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadat kepada Tuhannya.”(QS.Al
Kahfi:110).
Seseorang
yang mempunuai sifat raja’ tentu akan bersikap optimis, dinamis, selalu
berpikir kritis dan semakin sadar serta mengenal dirinya sendiri.
Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ketika berdo’a maka
kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah Swt.
1.Peranan raja'
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati
menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan
Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa
cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan
adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat.
Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang
yang masuk surga).
Allah ta'ala
berfirman :
"Ketahuilah,
sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62)
Sedangkan rasa takut yang
diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng
dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga
diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya.
Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa
cinta.
2. Raja' yang terpuji
Syaikh Al 'Utsaimin
berkata: "Ketahuilah, raja' yang
terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap
pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima,
adapun raja' tanpa disertai amalan
adalah raja' yang palsu, angan-angan
belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58).
3. Raja' adalah ibadah
"Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan
perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang
paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari
siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57)
Allah menceritakan kepada
kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh
kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri
mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah,
mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap
rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut
tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir
dan takut tertimpa hukuman-Nya
4.Raja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri
Syaikh Al 'Utsaimin
rahimahullah berkata: "Raja' yang
disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali
kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan raja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik
ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap
itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
5.Mengendalikan
raja'
Sebagian ulama berpendapat:
"Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan
didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena
apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab
tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap
yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka
hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan
maksiat.
Sebagian yang lain
mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya
sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah
orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh
dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi
harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalam kondisi berbaik sangka
kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda
tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih
condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya
ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Pada
hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih
hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta
tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun
cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal.
58-59)
B. Dengan demikian seorang muslim yang memiliki ciri-ciri sikap Raja' adalah:
1)Dalam
berusaha seseorang akan mengawali dengan niat karena Allah.
2)Senantiasa
berfikir positif dan dinamis, memiliki pengharapan yang baik bahwa usahanya
akan berhasil, serta siap menghadapi resiko.
3)munculnya sikap ulet, pantang menyerah dalam menghadapi cobaan.
4)Selalu
bertawakkal kepada Allah. Selalu berusaha meningkatkan diri untuk lebih baik.
5)Memiliki sifat bersyukur kepada Allah.
C.Manfaat dan hikmah raja :
1)Memperoleh
keridaan Allah
2)Terhindar dari perbuatan dosa
3)Mendapatkan
kepuasan hidup
4)Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
5)Sarana
penyelesaian persoalan hidup
6)Memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
BAB II
PENUTUP
1.Kesimpulan
Sudah selayaknya setiap
mislim, baik laki-laki maupun perempuan bersikap dengan akhlak yang terpuji.
Diantaranya taubat dan raja’. Karena taubat adalah suatu keniscayaan bagi
manusia, sebab tidak ada satupun anak keturunan Adam AS di dunia ini yang tidak
luput dari berbuat dosa. Selain itu, seharusnyalah kita selalu raja’(berharap)
hanya kepada Allah SWT untuk mendapatkan rahmat dan rida-Nya. Karena raja’
menjadikan seseorang bersikap optimis, dinamis dan berpikir kritis.
2.Saran
Coba anda bayangkan, betapa
gembiranya anda jika tiba-tiba anda menemukan
kembali semua barang-barang anda yang hilang. Namun kegembiraan Allah lebih
besar dikala mendapati hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Dan jika, manusia
tiada lagi bertaubah kepada Allah, maka Allah akan menggantikannya
dengan kaum lain yang bertaubah kepada-Nya.
Oleh
karenanya, janganlah putus harapan atau berhenti meminta ampunan-Nya. Karena taubat amatlah
penting sehingga Nabi Muhammad SAW pun dalam sebuah hadis mengatakan,“Oh
umatku! bertaubatlah dan mintalah ampunan Allah, sesungguhnya aku meminta
ampunan Allah seratus kali setiap harinya.(”Sahih Muslim vol.4 hal.1418
no.6523).
Tiada dosa
yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau terlalu kecil. Janganlah
memohon ampunan kepada siapapun.“Janganlah menganggap remeh dosamu., namun
ingatlah kebesaran dari Tuhan yang telah engkau langgari perintah-Nya.”(al
Baihaqi ‘Sh’abul Iman’ (5/430).